Kamis, 20 Februari 2020

Alergi atau Tuberkulosis?

Lagi... Aku terbangun di tengah malam karena merasakan nyeri yang sangat di tenggorokanku. Bergegas berpindah kamar, karena sudah yakin kalau yang terjadi setelahnya pasti akan mengganggu orang-orang yang tidur bersamaku. Mengambil beberapa peralatan yang biasa kugunakan kala gejala ini mulai muncul, mulai dari penghangat badan, pelancar nafas, sekotak tisu, juga tak lupa selimut tebal. Dan akupun mulai duduk bersandar di kasur, karena jika sudah muncul gejala ini, aku tak bisa lagi merebahkan badan.

Asa yang Sirna

Disinilah aku... termenung seorang diri menatap hamparan laut di sudut dermaga. Seragam putih merah masih kukenakan, lengkap dengan kerudung yang sempurna menutupi rambut panjangku. Sebuah surat dalam genggaman baru saja kuterima dari sekolah tempatku menimba ilmu. Tempat dimana lima tahun ini aku ditempa, hingga berbagai penghargaan mampu kuraih dari sana. Sederet piala kejuaraan matematika berhasil kuraih, hingga kebanggaan sekolah pun turut mereka rasakan. Sebuah surat yang menyatakan bahwa aku tidak berhak lagi menimba ilmu disana. Pilu....


Izinkan ku Bertaubat


🌷🌷🌷🌷🌷🌷🌷🌷
Saat salah ku melangkah
Gelap hati penuh dosa
Beriku jalan berarah
Temui-Mu di surga


Terima sembah sujudku
Terimalah doaku
Terima sembah sujudku
Izinkanku bertaubat
🌷🌷🌷🌷🌷🌷🌷🌷




Belajar dari Si Nenek Renta


Sore menjelang senja itu, mendung menggelayut menutupi indahnya langit senja. Sisa-sisa air hujan masih nampak membasahi jalanan. Pelan saya mengendarai si merah, teman setia saya. Hingga tiba-tiba, seorang nenek renta menghadang laju kendaraan saya, di sekitar pasar Borobudur. Tubuh nya sudah tak mampu berdiri dengan tegak lagi. Dengan keranjang di punggungnya, membuat tubuh renta itu nampak berat menapaki jalan. Pun dia berjalan dengan bantuan tongkat penyangga.



Si Merah, Teman Setia Perjuangan


Jumat pekan lalu, saat sedang berboncengan berkendara motor bersama rekan kantor untuk sarapan pagi selepas olahraga di kantor, kami membicarakan tentang plat motor kami. Pembicaraan berawal saat kami keluar dengan mengendarai motor yang masih menggunakan nomor plat motor dari luar kota. Pun dengan motor saya yang masih ber plat nomor K, plat motor daerah Rembang. Padahal, sudah hampir 9 tahun saya tinggal di Magelang dan sudah tidak lagi ber-KTP Rembang.



Sabtu, 30 Juni 2018

Belajar Epidemiologi Lapangan di Field Epidemiology Training Program (FETP) - Part 1 : Awal Mula "Terjerumus" di FETP

Alhamdulillaah... finally ingat password blog ini. Beginilah jadinya kalau tidak konsisten menulis. Padahal dari dulu bikin blog, niatnya bisa bikin tulisan yang bisa jadi pembelajaran banyak orang. Lewat apapun episode hidup dari saya yang sudah pernah saya lalui ataupun hal-hal lain yang terjadi di sekitar saya.

Oke..kali ini saya pingin share tentang Field Epidemiology Training Program (FETP). Alhamdulillah, kali ini saya berkesempatan untuk bisa menggali ilmu lebih dalam tentang epidemiologi di S2 Peminatan Epidemiologi Lapangan, Ilmu Kesehatan Masyarakat, UGM sejak 2017 lalu. Semua berawal dari akhir 2016 lalu, saat saya mendapat tawaran untuk tugas belajar dari instansi tempat saya bekerja, Balai Litbang Kesehatan Magelang yang saat itu masih bernama Balai Penelitian dan Pengembangan Gangguan Akibat Kekurangan Iodium (BP2GAKI). Pertama kali mendapat tawaran belajar lagi, saya ditawari untuk melanjutkan studi di Universitas Sebelas Maret (UNS). Hemmm..kenapa UNS? Karena waktu itu kantor kami sedang memperkuat kerjasama dengan UNS. Dan..disana juga ada professor yang ahli dalam bidang epidemiologi yang juga pernah menjadi editor dalam buku yang kami tulis (nb : Epidemiologi ini peminatan yang saya perdalam waktu saya kuliah S1 Kesehatan Masyarakat di Universitas Diponegoro dulu). Alasan lain kenapa saya diminta melanjutkan kuliah disana adalah biar saya deket dengan Klaten, tempat suami saya kerja..hihi.. #baik banget si bapak pimpinan instansi saya.

Kamis, 31 Maret 2016

Bidadari Penebar Kebaikan



Ummu..begitu saya memanggilnya.. Dipertemukan oleh Allah dalam sebuah komunitas di dunia maya, sekitar satu tahun yang lalu. Sampai detik ini bagaimana rupa beliau, tak pernah saya tahu. Apakah dia bercadar atau tidak, saya juga tidak tahu. Pengikut manhaj ataupun ormas islam yang mana saya juga tidak tahu, hemm...lebih tepatnya saya tidak mau tahu. Yang saya tahu, ummu yang merupakan anggota tertua dari komunitas tersebut adalah orang yang berusaha menjalankan kehidupannya sesuai tuntunan Allah dan Rasul, punya semangat tinggi dalam kebaikan, dalam tholabul ‘ilmy, dalam menghafal Al Qur’an, hingga keempat anaknya adalah para penghafal Al-Qur’an.