Sang Mutiara dulu hidup dalam kubangan lumpur. Hingga akhirnya dia dipertemukan dengan tangan-tangan yang berusaha keras memungutnya dari kubangan lumpur. Mereka dengan sabar membersihkannya dari noda-noda yang menempel di dalamnya. Dulu mutiara itu enggan dipungut mereka. Mutiara itu lebih nyaman dengan keadaan dirinya dalam kubangan lumpur. Mutiara itu selalu ingin lari dari kejaran orang-orang yang berusaha untuk menggosoknya dan menampakkkan sinarnya.
Tapi mereka tak pernah menyerah. Mereka terus berusaha membersihkan dan menggosok mutiara itu. Hingga akhirnya perlahan-lahan sinar sang mutiara mulai nampak. Waktu demi waktu terus bergulir, sang mutiara semakin memancarkan kilaunya bahkan kini kilau itu tak hanya memancar pada dirinya, tapi juga memancar di orang-orang sekitarnya. Tapi sang mutiara tidak menyadari semua itu. tak menyadari bahwa sinar sang mutiara itu adalah berkat tangan-tangan yang tak pernah lelah menggosoknya.
Sang mutiara kini mulai jauh dari tangan-tangan itu. Tapi sang mutiara terus bersyukur karena dimanapun sang mutiara berada, dia selalu dipertemukan dengan tangan-tangan indah yang terus menggosoknya. Namun, mutiara itu tak boleh mengandalkan tangan-tangan itu. Iya harus terus berusaha untuk menggosok dirinya sendiri agar kilaunya tak pernah pudar dan tak kembali ke kubangan lumpur. Bahkan mutiara itu pun kini harus terus memancarkan kilaunya ke sekelilingnya. Teruslah berkilau wahai MUTIARA.
--------------------------------------------------------------------
Tulisan ini khusus kudedikasikan buat saudara-saudaraku yang tak pernah letih membimbingku dari aku yang dulu hingga diriku yang sekarang. Terimakasih buat perjuangan kalian. Meski aku tahu kalian tersakiti olehku, tapi kalian tak henti-hentinya membimbingku....
Tidak ada komentar:
Posting Komentar