Kamis, 20 Februari 2020

Belajar dari Si Nenek Renta


Sore menjelang senja itu, mendung menggelayut menutupi indahnya langit senja. Sisa-sisa air hujan masih nampak membasahi jalanan. Pelan saya mengendarai si merah, teman setia saya. Hingga tiba-tiba, seorang nenek renta menghadang laju kendaraan saya, di sekitar pasar Borobudur. Tubuh nya sudah tak mampu berdiri dengan tegak lagi. Dengan keranjang di punggungnya, membuat tubuh renta itu nampak berat menapaki jalan. Pun dia berjalan dengan bantuan tongkat penyangga.





"Wangsul pundi nak?" (Pulang kemana nak?). Begitu sapanya dengan suara yang nyaris tak terdengar.

 "Salaman mbah."

"Ndherek nggih mbak" (Ikut ya mbak).
Ia pun melanjutkan.

"Ajeng teng pundi mbah?" (Mau kemana mbah?)

"Wangsul, teng garasi Purbo, Bukit Rhema." (Pulang ke garasi bus Purbo, dekat Bukit Rhema)

Jeda ....

Belum mampu saya mengiyakan permintaan si nenek itu dengan segera. Ya memang, tempat yang dituju itu adalah tempat yang akan saya lewati dalam perjalanan pulang. Tapi ... nenek itu tidak memakai helm. Bagaimana jika ada polisi menghadang? Belum lagi tubuhnya yang sangat renta. Mampukah saya mengendarai motor dengan baik? Dengan jalanan yang basah. Bagaimana jika terjadi sesuatu? Pun saya harus membawakan tongkat penyangganya sambil berkendara.

Hingga akhirnya kutengok sekitar. Sepi ... Sudah tak ada bus ataupun kendaraan umum. Dan kuputuskan mengiyakan permintaan si nenek. Senyumnya pun merekah. Wajah ayu nya seketika nampak, meski guratan keriput memenuhi wajahnya. Selembar uang coklat lima ribuan ia berikan kepada saya.

Dan saya tolak secara halus sambil mempersilakan ia duduk di motor saya.
Sesaat kemudian, ia melangkahkan kakinya menuju motor saya. Tapi tak lama kemudian, seorang lelaki memanggilnya. Seseorang yang memang sengaja datang menjemput si nenek. Dan akhirnya, urung si nenek duduk di motor saya. Binar matanya semakin nampak ketika ditatapnya tubuh lelaki yang menjemputnya. Ucapan terimakasih pun ia sampaikan kepada saya, sembari berjalan menuju lelaki yang menjemputnya itu.

Hening ....

Seketika perjalanan saya penuh dengan keheningan. Membayangkan tubuh renta si nenek. Tubuhnya mungkin saja renta, tetapi tidak dengan semangatnya. Jiwanya nampak masih menggelorakan semangat untuk tetap berusaha, tidak sekedar menerima.

Lalu ... Bagaimana dengan diriku?

In frame :
Bukan foto si nenek yang saya temui kemarin. Tapi si nenek yang tertangkap layar kamera saya saat berada di sebuah tempat di lereng merapi, pekan lalu. Lihat.. Betapa banyaknya nenek-nenek tangguh di sekitar kita.

Magelang,  1 Januari 2020

Tidak ada komentar:

Posting Komentar